Jika anda menyebut diri anda sahabat maka anda harus berpikir ulang:
1. Apakah Anda Bersedia Mendengarkan Dia Di Saat Sedih?
Tuhan ciptakan dua mata untuk kita supaya kita dapat lebih banyak melihat, satu mulut untuk lebih sedikit berbicara. Tuhan juga ciptakan dua telinga untuk dapat mendengar, memperhatikan apa yang dikatakan orang lain kepada kita. Dengan telinga kita mendengar hal yang baik dan hal yang buruk. Perkataan yang membangun dan perkataan yang merusak. Kesedihan dan kebahagiaan. Di sekitar kita hidup, kita tidak bisa tidak perduli dengan perkataan orang, tapi apakah kita juga melakukan hal yang sama dengan orang yang kita sebut sahabat kita?
Ayb 2:11 Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar tentang segala malapetaka yang menimpa dia, maka datanglah mereka dari tempatnya masing-masing, yakni: Elifas, orang Teman, dan Bildad, orang Suah, serta Zofar, orang Naama. Mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa kepadanya dan menghibur dia.
Ada kalanya sahabat kita memerlukan kita bukan untuk memberikan solusi jika sahabat kita memiliki masalah yang besar. Yang dibutuhkan sahabat adalah kesediaan untuk mendengarkan dengan Tulus, dan meluangkan waktu bagi dia. walau sebenarnya kita tahu sahabat kita hanya mau menceritakan hal yang tidak penting pada kita. Dan itu mungkin kita anggap sebagai kebodohan namun, Sahabat kita hanya ingin kita mendengarkan setiap perkataannya. Dengan mendengarkan dengan Tulus anda sedang terlibat dalam konflik batin sahabat anda. Tanpa anda mengorek keterangan dari dia anda akan tahu bahwa sebenarnya. Yang diceritakan yang mungkin kita anggap sebagai kebodohan, Dikarenakan cerita yang tidak bermutu dan membuang waktu kita. Tapi ketika anda bersedia mendengarkan dengan tulus maka anda akan menyadari betapa dia menerlukan anda untuk menghadapi masalah yang sebenarnya. Menghadapi masalah yang jauh lebih besar yang tidak bisa dia katakan kepada anda.
Bagi yang menyebut diri sahabat, dan yang sekarang bersahabat. Mungkin anda perlu memperhatikannya apakah anda telah mendengarkan perkataan, curhatan, makian, kekecewaan, kebahagiaan, dari sahabat anda dengan tulus?
Jangan pandang kecil masalah sederhana, mungkin dibalik kesederhanaan masalah yang terlihat tersimpan masalah yang lebih besar. Bersediakah telinga anda untuk mengdengar?
2. Apakah anda menerima kekurangan sahabat Anda?
Manusia tidak sempurna, itu perkataan yang keluar dari pengakuan kita. Manusia memang tidak sempurna dan tidak mungkin menjadi sempurna. Sangat mustahil bagi manusia untuk berlaku baik dan sempurna sesuai dengan kemauan kita. Tidak ada yang dapat seperti itu. Kita harus menyadari bahwa untuk menjadi sempurna bukanlah menuntut orang lain sesuai dengan kemauan kita, namun yang utama adalah menuntut dia menjadi seperti dia.
Manusia memiliki karakter dasar dalam dirinya, keunikan dari manusia yang lain. Tidak ada orang yang sama, bahkan kalau kita lihat kembar identikpun tidak memiliki watak yang sama, kesukaan yang sama, hobi yang sama, bahkan kemampuan yang sama. Kalau kita tempatkan sahabat kita menjadi ideal menurut pemikiran kita itu manghancurkannya. Yang perlu kita lakukan adalah bersedia menerima kekurangannya tanpa ada maksud dibaliknya.
Ams 19:4 Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya.
Ams 19:7 Orang miskin dibenci oleh semua saudaranya, apalagi sahabat-sahabatnya, mereka menjauhi dia. Ia mengejar mereka, memanggil mereka tetapi mereka tidak ada lagi.
Banyak orang membangun hubungan karena dasar kenyamanan, hal materi yang menjadi patokan. Orang cenderung bergaul dengan orang yang dianggap bisa membalas kebaikan dengan kebaikan, memberi apa yang kita butuhkan. Jika anda menyebut diri anda sahabat, anda perlu meninjau ulang persahabatan anda!, atas dasar apa anda membangun persahabatan?
Persahabatan bukan berdasar apa yang anda dapatkan tetapi seberapa banyak yang telah anda berikan, terkhusus kepada sahabat anda. Sudahkah anda menerima kekurangannya…
3. Apakah anda mengasihi sahabat anda?
Jika anda menjalin persahabatan sudahkah anda mengasihi sahabat Anda, dan sejauh apa anda mengasihinya. Kalu anda telah merasa mengasihinya coba pikirkan ayat ini:
Ams 17:17 Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Yoh 15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Jika anda menang sudah mengasihinya sudahkah kasih anda seperti Ini:
1Kor 13: 4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Banyak dari antara kita mengatakan kalau kita mengasihi teman, saudara, sahabat, bahkan musuk kita. Yang menjadi pertanyaan besar adalah kalau kita mengasihi sudahkan kita melakukanya, memang kasih bukan sekedar perkataan, tapi juga tindakan. Oleh karena itulah kalau kita mengasihi maka perlu juga menunjukan dengan keprdulian. Menjadi saudara dalam kesukaran bukanlah hal yang mudah apalagi memberikan nyawa bagi yang kita sebut sahabat kita, kenapa?. Karena pada dasarnya kita lebih ingin dikasihi oleh sahabat kita dari pada kita yang mengasihinya, lebih suka dihargai dari pada menghargai.
Bagi yang menyebut diri sahabat, mungkin mengasihi perlu dilakukan bukan hanya diucapkan. Sudahkan anda mengasihi sahabat anda, dan bagaimana anda mengasihinya?
4. Apakah hubungan persahabatan anda lebih intim dari yang lain?
Persahabatan adalah sebuah hubungan bukan sekedar status. Kita bersahabat bukan atas dasar suka karena ketertarikan fisik, ataupun karena materi dan kenyamanan. Kita bersahabat karena hubungan yang Akrab dan intim, ada satu komunikasi yang baik dan saling menerima kekurangan masing-masing. Dan yang paling utana adalah kasih sayang yang murni diantara kedua belah pihak, dalam arti kasih yang menjiwa bukan hanya yang merasa.
Bagi anda yang menyebut diri sahabat, contoh dari daud dan Yonatan akan menberikan pemahaman kepada kita tentang dalamnya persahabatan:
1Sam 18:1 Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.
1Sam 18:3 Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri.
2Sam 1:26 Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan.
Kita tahu cerita ini dan mungkin lebih hafal dari saya, namun yang jadi pertannyaannya adalah seberapa dalam hubungan kita dengan sahabat kita?. Samakah keimtiman itu dengan teman anda?, atau sama dengan pacar anda?. Tetapi menurut saya keintiman kepada sahabat melebihi semuanya, dan jauh lebih tinggi dari status pacar kita. Kenapa?, karena seorang sahabat adalah hubungan karena keintiman bukan karena status dan ketertarikan.
Kita harus melihat diri kita sendiri saat memulai persahabatan, sudahkan kita membangun keintiman atau dalam bahasa Alkitabnya “berpadulah” seperti jiwa Daud dan Yonatan.
5. Apakah anda memahami sahabat anda lebih dalam?
Ada ungkapan yang menyatakan “kita harus belajar dari siapa saja dan dimana saja”. Untuk dapat mengerti dan memahani makna, kita harus bersedia belajar seumur hidup kita. Mencoba mengerti dan memahani semua yang telah kita pelajari dari keadaan kita dan buhungan kita. Kita belajar supaya kita dapat memahani segala sesuatu dengan lebih dalam. Di dalam persahabatan pun demikian, kesediaan untuk belajar akan membawa kita kepada pemahaman karakter sahabat kita dengan lebih baik.
Kita memahani bukan untuk menggurui namun supaya kita dapat menempatkan diri di posisi yang benar sebagai sahabat. Sahabat bukan orang yang dapat selalu menuruti kemauan kita, dan bahkan ada untuk kita setiap saat. Sebagai seorang sahabat kita harus bersedia mengerti bukan menggerogoti, memaklumi dan tetap mengasihi.
Sahabat kita kadang kala juga mengecewakan kita, bertingkah aneh kepada kita dan mungkin membuat kita jenuh karenanya. Sahabat tetaplah manusia ini yang perlu di ingat, sama seperti kita. Kalau kita masih bisa mengecewakan orang lain bukankah potensi yang sama dapat berlaku pula demikian dari sahabat kita. Yang perlu kita lakukan adalah memahani dan mungkin memaklumi, dengan kasih yang tulus membangun hubungan yang murni.
Sebagai seorang sahabat seberapa dalam anda memahami sahabat anda?. Dan seberapa besar anda memaklumi kekurangannya sebagai manusia?
Pahamilah sahabat anda lebih dalam, hargailah dia dan terimalah kekurangannya. Jalinlah hubungan karena cinta yang murni. Sekali lagi! manusia tidak sempurna, bahkan saya yang menulis artikel ini pun tidak sempurna. saya hanya mencoba untuk memberikan sedikit pemahaman dan Refleksi bagi anda yang menyebut diri sahabat. Supaya dapat menjalin persahabatan dengan lebih baik.
Tuhan memberkati.
Sunday, 14 August 2011
BAGI YANG MENYEBUT DIRI SAHABAT
Post a Comment
Terima kasih sudah berkomentar
Subscribe to:
Post Comments (Atom)