Segala Sesuatu Yang ada Tidak ada Yang sia-sia,jadilah Inspirasi buat orang-orang disekitarmu.

Saturday, 29 May 2010

Lelaki Idanman

Pagi ini Desi dan Cindy heboh banget. Pagi-pagi sekali sudah sampai di sekolah dan berdiri di depan pintu kelas. Mereka menunggu kedatangan Lucky, anak pindahan yang baru masuk ke kelas mereka kemarin pagi. Tampangnya yang cool membuat dua cewek centil tersebut ingin mencari perhatiannya. Tapi berbeda dengan Chia, dia malah cuek bebek. Bukan karena tu cowok teman SMP-nya dulu, tapi karena dia memang cewek yang pesimis banget.
“Ci, cerita dong tentang Lucky. Lo kan teman SMP-nya. Lo pasti banyak tahu tentang dia. Ayo dong Ci...” rengek Desi dan Cindy sambil menggoncang-goncang tubuh Chia. Saat itu mereka sedang berada di Kantin Sekolah. Chia sedang asik melahap bakso kesukaannya.



“Aduh, kalian centil banget sih ! Kan udah gue bilang, gue nggak dekat sama dia. Yang gue tahu, dia itu Playboy sejak dulu. Ceweknya aja bejibun. Makanya, kalian jangan sok kepedean deh mau ndekatin dia. Dia nggak bakalan menoleh pada kalian.” Chia kembali melahap baksonya setelah berbicara pada mereka.
“Ah masa sih Ci ?!” Cindy tak percaya.
“Alah, lo kayak nggak tahu Chia aja. Dia itu kan pesimis banget. Paling dia jealous, karena kita mau ndekatin Lucky. Ya kan Ci ? Kalo lo mau, lo bisa kok ikutan sama kita untuk ndekatin dia.” cerocos Desi. Chia langsung menoleh padanya. Mulutnya masih dalam keadaan mengunyah.
“Iya Ci. Lo jadi orang jangan pesimis gitu dong. Masih banyak kok cewek yang lebih jelek dari lo, tapi mereka pede. Mereka juga bisa ndapatin cowok yang mereka mau, ya kan Des ?” Cindy sealiran dengan Desy, Desi manggut-manggut sambil menghisap sedotan yang berisi minuman. Chia sudah siap-siap ingin membantah. Tapi sebelumnya dia buru-buru meneguk minuman yang berada dihadapannya, agar tidak tersedak.
“Heh ! Si Lucky itu bukan tipe gue tauk ?! Kalian nggak lihat apa, sikap dia ke gue gimana ? Sejak dulu kami sering berantem tahu nggak ?! Apalagi dia juga narsis gitu, nggak bakalan deh dia mau sama gue. Untuk apa juga gue ngejar cowok yang nggak pasti.” Chia berusaha meyakinkan mereka. “Udah ah, gue mau balik ke Kelas. Jangan lupa tu bayar makanan gue.” Chia langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
“Woy ! Asal aja lo nyuruh kita yang bayar.” teriak Desi.
“Anggap aja tu bayaran atas informasi Lucky !” balas Chia.

Sebelum bel masuk, seperti biasa Chia bermain chating dengan Handphone-nya. Tiba-tiba Lucky datang menghampirinya.
“Ngapain lo ?” tegur Lucky.
Chia tetap asik menekan-nekan tombol hape-nya, tanpa menghiraukan Lucky.
“Heh ! Lo nggak dengar apa gue ngomong ?!” lucky sedikit mengeraskan suaranya. Chia langsung menoleh padanya.
“Lo ngomong ?” tanya Chia cuek.
“Menurut lo ?” Lucky balik tanya.
“Emang lo nanyak apa tadi ?”
“Helo, ternyata selain jelek lo tu bolot juga ya ?”
Wajah Chia berubah manyun.
“Emang gue jelek kok.” ujarnya pelan. Lucky tersenyum sombong.
“Emang lo dari tadi ngapain ngotak-ngatik hp ?”
“Gue lagi main chating.” Chia terus menekan-nekan tombol hape-nya tanpa menoleh pada Lucky.
“Emang lo suka main chating ya ?”
“Yah, gitu deh. Always !”
Lucky mencibir. “Dasar pesimis. Cari gebetan kok dari dunia maya.”
“Lo kok tahu ?!” tanya Chia heran. Ia langsung menoleh pada Lucky.
“Ya iyalah ! Kebanyakan orang, kalo sudah bermain chating, tu pasti mencari gebetan. Apalagi cewek jelek seperti lo.” jawab Lucky sombong. Wajah Chia kembali manyun.
Bel masuk berbunyi. Desy dan Cindy pun masuk ke kelas. Mereka kaget saat melihat Chia dan Lucky duduk berdekatan. Saat itu Lucky bergegas akan kembali ke bangkunya.
“Cye... Ada apa nih dengan Chia dan Lucky ?” goda mereka bersamaan.
“Udah deh nggak usah mulai.” jawab Chia sambil menyudahi chating-nya, dan langsung mengantongi hape-nya saat pak Gultom, guru matematika mereka masuk.

“Jadi Ci, Lucky pindah sekolah saat kelas berapa ?”
“Saat SMP ceweknya cantik nggak Ci ?”
“Emang tipe cewek yang disukainya gimana sih Ci ?”
“Terus tadi kalian berdua ngomong apa aja ?”
“Apa dia nanya salah satu dari kami berdua sama lo ?”
Desy dan Cindy mengajukan bejibun pertanyaan secara bergantian. Mereka sengaja datang ke Rumah Chia sore ini, untuk mencari berita tentang Lucky. Untungnya Desy, Cindy, dan Chia tinggal berdekatan di Perumahan yang sama.
“Aduh, kalian ini apa-apaan sih ? Jadi kalian kemari khusus nanyak tentang Lucky ?” tanya Chia sewot.
Desy dan Cindy saling berpandangan. Lalu menyengir pada Chia.
“Lo emang temen yang pengertian banget Ci.” celetuk Cindy tanpa merasa bersalah.
Chia mencibirkan bibirnya. “Oke, gue akan jawab semua pertanyaan kalian. Satu jawaban mau kalian bayar berapa ?” canda Chia.
“Emang dasar matre lo...! Perhitungan banget sih sama teman.” protes Desy.
Chia tertawa lebar. “Iya, iya gue jawab. Tapi janji ya nggak akan nanyak-nanyak tentang Lucky lagi sama gue ?”
“Iya, kami janji deh.” jawab mereka bersamaan.
“Oke. Jawaban pertama, Lucky pindah sekolah saat kelas dua SMP. Saat itu Bokapnya pindah tugas ke Bandung. Jadi dia ikut Bokapnya, tapi Nyokapnya tetap disini.”
“Jadi Bonyoknya udah pisah ?!” potong Desi tak percaya.
“Ya enggak lah ! Bokapnya itu punya istri dua. Yang satu tinggal di Bandung, yang satu disini. Nah, Nyokap kandungnya Lucky yang disini.” jelas Chia.
“Gila ! Ternyata bukan anaknya aja yang Playboy, tapi bapaknya juga.” komentar Cindy.
“Mau gue lanjutin nggak nih jawabannya ?”
“Ya iyalah !” jawab mereka bersamaan.
“Pertanyaan kedua apa tadi ?”
Desy dan Cindy saling pandang.
“Waktu SMP ceweknya cantik nggak ?” celetuk Cindy.
“Ye... namanya juga Playboy. Ceweknya cantik-cantik banget. Saat itu aja pacarnya ada 3, belum lagi yang naksir sama dia tapi nggak diterima. Pokoknya banyak deh ! Malah salah satu pacarnya ada yang sebagai model.” jelas Chia.
“Wah, jauh banget dong sama kita.” ketus Cindy.
Chia tersenyum mendengarnya.
“Lanjut ! Jawaban selanjutnya, yang pasti Lucky mencari cewek yang sempurna. Karena rata-rata cewek yang dipacarinnya cantik-cantik banget.”
“Nah, pertanyaan terakhir Ci. Dia tadi duduk disamping lo, nanyak tentang gue kan ?” tanya Desy tidak sabar.
Chia menarik napas panjang. “Tadi itu dia cuma negur gue, dan seperti biasa mengomentari kejelekan gue. Pokoknya tu anak narsis banget deh orangnya.” Chia menyudutkan Lucky. “Kalian berdua kan masing-masing sudah mempunyai pacar yang baik. Jadi nggak perlu deh ndekatin Lucky segala.” lanjut Chia.
“Namanya juga usaha Ci.” kilah Cindy. Desy mengangguk membenarkan ucapan Cindy.
“Yaudah terserah.” Chia bersiap dengan laptop dihadapannya untuk bermain chating.
“Apa nggak ada mainan laen Ci, selain chating ? Demen banget main chating.” Desy jadi sewot.
“Lebih baik mencari cowok idaman dari dunia maya, daripada cari langsung. Bikin sakit hati tahu nggak ?! Apalagi tampang gue juga nggak cantik. Ya kan ?”
“Tapi dunia maya itu kan orangnya banyak yang nggak jelas Ci. Kalo lo mau, gue bisa kok cariin cowok buat lo yang jelas statusnya.” ucap Cindy menawarkan bantuan.
“Makasih Cin. Tapi kayaknya nggak perlu deh. Gue bisa kok cari sendiri yang menurut gue cowok idaman gue.” ucap Chia yakin.

Chia tidak ke Kantin hari ini, karena dia membawa makanan ringan dari rumah. Saat bel istirahat dia duduk sendiri dibangkunya sambil mengotak-ngatik hape-nya bermain chating. Desy dan Cindy sudah menghambur pergi ke Kantin.
“Nggak ke Kantin Ci ?” tegur Lucky sambil duduk disampingnya. Chia sedang asik mengunyah snack, sambil menekan-nekan tombol hape-nya.
“Nggak.” jawabnya singkat, tanpa menoleh pada Lucky. “Tumben lo nganggur. Nggak cari cewek baru ? Atau, stock lo udah banyak kali yee...” Chia menyindir. Kehadiran Lucky lumayan menganggunya.
“Sejarahnya, bukan gue yang cari cewek. Tapi cewek yang cari gue. Siapa sih yang nggak kenal gue ? Lo sendiri tau kan siapa gue ?” ucap Lucky narsis.
Chia menoleh padanya, lalu tersenyum kecut. “Biasa aja kale.”
“Gue lagi boring nih sama cewek-cewek gue.” ujar Lucky tiba-tiba.
Chia memandangi wajahnya. “Terbuka banget nih anak.” katanya dalam hati. Namun dia hanya diam, tanpa mengomentari ucapan Lucky.
“Gue bosan Ci dengan cewek-cewek yang gampangan. Gue mau cari yang beda. Cewek yang gue dapat dari hasil usaha gue.”
“Bukannya mereka emang lo dapat dari hasil gombalan lo ? Itu artinya hasil usaha lo juga kan ?”
“Iya sih, tapi kan mereka langsung mau Ci.”
Chia bengong melihatnya. “Ya bagus dong !”
“Ya emang bagus lah ! Gue kan playboy. Nggak gue gombalin juga mereka pasti bakalan mau.” narsis Lucky kembali kumat. “Tapi gue nggak mau yang begitu Ci.” lanjutnya pelan.
“Iya, gue ngerti kok maksud lo. Terus, kenapa nggak lo putusin aja mereka?”
“Ntar aja deh Ci, kalo gue udah dapet cewek yang gue cari.”
“Kenapa lo nggak ikutin cara gue aja ?”
“Maksud lo chating gitu ?!”
Chia mengangguk.
“Idih, nggak janji deh.” balas Lucky sombong.
“Kalo lo tetap sombong dan narsis, gue yakin lo nggak bakalan dapat cinta yang lo mau.”
Ucapan Chia berhasil membuat Lucky kehilangan kata-kata. Ia langsung terdiam.

Keesokan sorenya, Chia mendapat kenalan baru di chating.
Ben Affleck : Hay Jessica...
Jessica : Hay...
Ben Affleck : Kamu sekolah atau kuliah ?
Jessica : Sekolah. Aq baru hari ini lihat nama qm. Baru main ya ?
Ben Affleck : Iya. Kok tau ? Qm sering main ya ?
Jessica : Ya gitu dech ! Qm sekolah or kuliah ?
Ben Affleck : Sama kayak qm.
Jessica : Oya ?! Qm kelas berapa ?
Ben Affleck : Kelas XI IPA.
Jessica : Wah, sama donk !
Ben Affleck : Kita to the point aja dech, ukuran tubuh qm berapa ?
Jessica : Tinggi 170 cm, berat 55 kg.
Chia sengaja mengaku dirinya perempuan yang ideal, karena ingin tahu reaksi cowok yang menjadi teman chating-nya.
Ben Affleck : Kalo ciri-ciri gimana ?
Jessica : Kulit putih, rambut lurus sebahu, kebanyakan orang bilang aq mirip Luna Maya gitu dech. Tapi menurut aq mereka terlalu lebay.
Ben Affleck : Wah, kalo begitu km perempuan yg perfect donk !
Jessica : Yah mungkin bisa dibilang gitu. Kalo qm gimana ?
Ben Affleck : Kayaknya kita pasangan yang ideal deh. Kita sama-sama perfect. Ciri2 aq, tinggi, putih, wajah mulus tanpa jerawat, n memiliki tubuh yang berotot. Terus bagaimana dengan pengalaman cinta qm? Apa qm dah punya pacar ?
Jessica : Belum. Aq masih jomblo. Tapi kalo pengalaman cinta aq sudah cukup banyak. Aq boring berpacaran dengan orang yang perfect. Kebanyakan cowok yang perfect fisiknya, gak tulus hatinya. Mereka hanya memanfaatkan kecantikan semata. Maka dari itu, sekarang aq pengen cari cowok yang hatinya tulus, yang gak cuma memandang wanita dari fisiknya aja.
Ben Affleck : Wah, sama donk ! Aq juga gitu.
Jessica : Tapi fisik qm kan perfect.
Ben Affleck : Iya, tapi prinsip qt dalam mencari pasangan sama.
Jessica : Qm yakin, gak cari cewek yang fisiknya perfect juga ?
Ben Affleck : Yakin.
Jessica : Kalo suatu saat qm dapat cewek yang bisa dikatakan jelek, gimana ? Apa qm mau ?
Ben Affleck : Kalo cintanya tulus, why not ?
Chia tersenyum-senyum sendiri setelah mengakhiri chating –nya kali ini. Dia merasa telah menemukan lelaki idaman yang selama ini dia cari. Tapi dia juga tidak ingin percaya seratus persen dengan apa yang dikatakan cowok dalam dunia maya tersebut. Dia akan percaya setelah bertatapan langsung, dan cowok tersebut benar-benar menerima Chia apa adanya.

“Trus, kenapa nggak lo ajak aja dia temuan ?” ucap Desy pagi ini. Saat sampai di Sekolah Chia langsung menceritakan tentang cowok chating-annya yang baru pada Desy dan Cindy.
“Gue takut.”
“Emang lo takut apa ?” Cindy ikutan nimbrung.
“Gue takut kalo tu cowok lihat tampang gue, dia langsung lari.”
“Emangnya lo hantu ? Aduh Ci, lo tu pesimis banget sih. Lo itu nggak jelek-jelek amat kok. Lo juga memiliki banyak kelebihan. Hati lo tulus. Gue yakin, kalo cowok udah mengenal lo, dia pasti akan bersyukur telah mendapatkan lo.” Desy berusaha memberi Chia semangat.
“So sweet... Desy benar tuh Ci. Walaupun kita jarang memuji lo, tapi saat kita memuji lo, tu benar kok. Ya kan Des ?” lagi-lagi Cindy memotong pembicaraan. Desy melototinya.
“Ni anak resek banget sih. Dari tadi ikutan aja.” ucap Desy jengkel. Tampang Cindy berubah manyun.

Saat jam istirahat, Desy menyuruh Chia untuk mengajak Ben Affleck temuan. Tapi Chia nggak mau.
“Dimana-mana cowok duluan yang ngajak cewek. Jaim dong kalo gue yang ngajak temuan duluan. Walaupun gue jelek, tapi gue nggak mau jadi cewek yang murahan.”
“Yap ! Benar tu Ci. Gue setuju sama lo. Prinsip kita emang sama.” seru Cindy tiba-tiba. Desy dan Chia bengong melihatnya.
“Nggak salah Cin ? Bukannya selama ini lo yang kepedean banget sama cowok?” celetuk Desy.
Cindy menyengir. “Iya sih, tapi gue kan cuma berusaha menyemangati Chia aja, supaya dia mempertahankan prinsipnya itu.”
Desy mendengus kesal. “Nggak penting deh kayaknya.”
Chia jadi tersenyum melihat tingkah mereka berdua.
“Kayaknya Ben Affleck sedang nggak online deh.”ucap Chia sambil melihat ke layar handphone-nya. Chia memang menyebut namanya Ben Affleck karena dia belum menanyakan nama aslinya. Begitu juga cowok tersebut.
“Mungkin dia lagi sibuk di Sekolah kali Ci. Oya, lo nanyak nggak dia sekolah dimana ?”
“Pembicaraan kami nggak sampek kesitu Des. Kan udah gue bilang, dia sibuk menanyakan tentang diri gue. Sampek nama asli masing-masing aja kita nggak tahu.”
“Itu artinya tu cowok bakal penasaran sama lo. Gue yakin, nggak lama lagi dia pasti minta temuan.” ucap Desy.

Pulang sekolah Chia langsung membuka laptopnya. Dia berharap Ben Affleck sedang online saat itu.
Ternyata dugaan Chia tepat. Saat itu Ben Affleck memang lagi online. Tapi Chia nggak mau menyapanya lebih dulu. Chia memang mempunyai prinsip yang bagus dalam berhubungan dengan cowok. Dia sangat berbeda dengan Desy dan Cindy.
Ben Affleck : Hay Jessica, apakabar ?
Jessica : Sehat. Gimana dengan qm ?
Ben Affleck : Sama seperti qm. Oya, gimana kalo qt temuan ? Aq penasaran nih sama qm.
Jessica : Temuan ? Apa gak terlalu cepat ? Qt kan baru kenalan beberapa hari ?
Ben Affleck : Kan udah aq bilang dari awal, aq gak suka terlalu banyak basa-basi. Bagi aq, qt sudah sama-sama mengenal kepribadian masing-masing. Gak ada salahnya kan kalo qt temuan ?
Jessica : Iya juga sih. Tapi apa qm yakin untuk temuan sama aq ? Gimana kalo ternyata aq ngecewain qm ?
Ben Affleck : Maksudnya ?
Jessica : Yah, bs aja kan aq gak sesuai dengan apa yang qm bayangkan ?
Ben Affleck : Aq ngerti kok maksud qm. Aq tau resiko di dunia maya. Yg penting bagi aq sekarang adalah hati. Menurut aq, qm adalah orang yang asik.
Jessica : Ok ! Kapan qt temuan ?
Ben Affleck : Gimana kalo sore ini ?
Jessica : Ok, aq setuju. Dimana ?
Ben Affleck : Di Cafe daerah Senayan.
Jessica : Ok, aq kesana jam 5 tepat. Saat aq datang, qm harus sudah ada disana ya. Aq pake kaos berwarna pink. Kalo qm ?
Ben Affleck : Aq pake kemeja warna hitam.

“Des...! Lo harus bantu gue sekarang. Cepat kemari. Gue tunggu ya ?!” Chia langsung menelpon Desy setelah mengakhiri cathing-nya dengan Ben Affleck.
“Ada apa sih Ci ? Kayak orang kebakaran jenggot aja.”
“Gue mau temuan sama Ben Affleck sore ini. Lo harus bantu gue agar kelihatan lebih cerah.”
“Kayak matahari aja Ci cerah. Bukannya harusnya kelihatan lebih cantik ? Pesimis banget sih jadi orang.”
“Aduh Des, udah deh nggak usah banyak komentar. Kelamaan tahu nggak !”
“Iya, iya gue ngerti kok. Gue kesana sekarang juga.”

Chia dihias oleh Desi dengan make up yang kesannya nggak norak. Chia kelihatan lebih cantik karena wajahnya tidak pernah di make up.
“Wah Ci, gue nggak nyangka lo bisa secantik ini.” komentar Cindy. Ia baru saja datang ketika Chia baru selesai dihias.
“Siapa dulu dong make over-nya.” Kata Desy sombong. “Lo tu sebenarnya emang cantik kok Ci, tapi lo aja yang pesimis. Lo nggak pernah memelihara kecantikan lo, hingga akhirnya ia punah.” tambah Desy lagi.
“Hutan kale...” celetuk Cindy.
“Aduh, udah ah komentarnya. Entar doi kelamaan nunggu lagi. Kan kasian.”
“Duh...yang mau ketemu soulmate, semangat banget.” goda Desy dan Cindy.

Saat Chia sampai di Cafe, ia sangat terkejut karena bertemu dengan Lucky disana. Chia tidak dapat menghindar darinya.
“Ngapain lo disini ?” tanya Lucky.
“Lo juga ngapain disini ?” Chia balik tanya.
Lucky kelihatan gugup menjawabnya. “Gue...gue mau jumpa sama cewek gue dong.”
“Yaudah, gue juga mau jumpa cowok chating-an gue.” ucap Chia jujur.
Mereka mengambil tempat masing-masing. Chia duduk paling pojok, agak jauh dari Lucky.
Setelah setengah jam menunggu, Ben Affleck nggak kunjung datang. Dalam hati Chia berpikir bahwa Lucky adalah Ben Affleck, karena baju yang dipakainya kemeja berwarna hitam.
“Ah nggak mungkin.” Chia cepat-cepat menepis pikirannya.
Di tempatnya, Lucky juga berpikiran demikian. Lalu dia segera mendatangi Chia.
“Jadi lo Jessica ?” tanya Lucky tak percaya.
“Kalo gitu berarti lo Ben Affleck ?” Chia malah balik tanya.
“Yaampun, sial banget sih gue. Baru nyoba main chating, malah dapat cewek yang hancur kayak gini. Sok ngaku Luna Maya lagi.” cerocos Lucky.
“Bukannya lo juga bilang kalo lo nggak mau main chating kayak gue ? Terus, kenapa lo main chating juga ?” Lucky terdiam malu.
“Ah, udah lah gue mau pulang aja.” lanjut Chia sambil bergegas akan pergi. Namun tiba-tiba Lucky buru-buru mencegahnya.
“Ci, tunggu ! Gue antar lo ya ?”
Chia terdiam sambil berpikir.
“Please...” Lucky memohon.

Akhirnya Chia diantar Lucky dengan mobilnya. Diperjalanan mereka lama dalam diam.
“Kamu cantik hari ini.” Lucky membuka suara. Chia nggak menyangka Lucky akan memujinya seperti itu.
“Lo nggak perlu gombal sama cewek jelek kayak gue.” Chia merendah.
“Nggak Ci, lo nggak jelek kok. Kali ini gue tulus mengatakannya. Gue pernah bilang kan kalo gue cari cewek yang beda dan yang nggak gampangan. Sekarang gue udah menemukannya. Cewek seperti lo yang selama ini gue cari. Gue serius Ci, gue benar-benar sayang sama lo.”
Chia terdiam. Dia nggak menyangka akan berakhir seperti ini.
“Tapi Luk, gue bukan cewek yang perfect seperti cewek-cewek lo selama ini.”
“Ssst...” Lucky meletakkan telunjuknya di bibir Chia.
“Bukan itu yang gue mau Ci. Menurut gue lo juga perfect kok, lo adalah cewek yang mempunyai inner beauty. Dan cewek seperti lo lah yang selama ini gue cari.” Chia hanya diam menunduk.
Sejak itu Lucky dan Chia resmi berpacaran. Lucky memutuskan pacar-pacarnya seperti janjinya dulu pada Chia. Banyak cewek-cewek yang iri pada Chia, termasuk Cindy dan Desy, tapi dia nggak peduli. Yang penting baginya sekarang dia telah menemukan cinta sejati yang selama ini dia cari. Begitupun dengan Lucky.





sumber



Lelaki Idanman Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Bona Pasogit
Post a Comment
Terima kasih sudah berkomentar